BAB I
PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Manajemen kelas merupakan aspek pendidikan yang sering
dijadikan perhatian utama oleh para calon guru, guru baru, dan bahkan guru yang
telah berpengalaman. Karena calon guru, guru baru, dan guru yang telah
berpengalaman berkeinginan agar para peserta didik dapat belajar dengan
optimal. Dalam artian guru mampu menyampaikan bahan pelajaran dan dapat
diterima oleh peserta didik dengan baik.
Guru yang
professional salah satu cirinya adalah guru yang mampu mengelola kelas dengan
baik. Penciptaan
kelas yang nyaman merupakan kajian dari manajemen kelas. Sebab manajemen kelas
merupakan serangkaian perilaku guru dalam upayanya menciptakan dan memelihara
kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik untuk belajar dengan baik.
Dalam kelas segala aspek
pembelajaran bertemu dan berproses, guru dengan segala kemampuannya, murid dengan
segala latar belakang dan potensinya, kurikulum dengan segala komponennya, metode
dengan segala pendekatannya, media dengan segala perangkatnya, materi
dengan segala sumber belajarnya bertemu dan berinteraksi di dalam kelars.
Manajemen kelas diperlukan karena
dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan
perbuatan siswa selalu berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan baik dan tenang,
tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok,
sebaliknya dimasa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Kelas selalu
dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap, mental, dan emosional siswa.
II.
PERUMUSAN
MASALAH
1. Menjelaskan
perbedaan mengajar dan manajemen kelas
2. Menjelaskan pengertian Manajemen Kelas
3. Menjelasakan tujuan Manajemen kelas
4. Bagaimanakah masalah-masalah dalam Manajemen Kelas dan pembelajaran di
SD?
5. Bagaimanakah solusi untuk mengatasi masalah – masalah yang ada manajemen
kelas dan pembelajaran tersebut?
III. TUJUAN
1. Mampu Menjelaskan
perbedaan mengajar dan manajemen kelas
2. Mampu menjelaskan pengertian Manajemen Kelas
3. Mampu menjelaskan tujuan Manajemen kelas
4. Untuk mengetahui masalah – masalah dalam manajemen kelas dan pembelajaran
di SD
5. Untuk mengetahui cara mengatasi masalah yang ada dalam manajemen kelas dan
pembelajaran di SD tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
A.
MENGAJAR DAN MANAJEMEN KELAS
Kegiatan guru di dalam kelas meliputi dua hal pokok yaitu kegiatan
mengajar dan kegiatan manajerial. Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung
menggiatkan peserta didik mrncapai tujuan-tujuan pembelajaran. Kegiatan
mengajar antara lain, seperti menelaah kebutuhan peserta didik, menyusun
rencana pelajaran, menyajikan bahan, mengajukan pertanyaan, dan menilai
kemajuan siswa. Kegiatan manajerial kelas bermaksud menciptakan dan
memeprtahankan suasana kelas agar kegiatan belajar-mengajar dapat berlangsung
secara berkelanjutan. Kegiatan manajerial antara lain, seperti mengembangkan
hubungan yang baik antara guru dan peserta didik, memberikan ganjaran dengan
segera, mengembangkan aturan main dalam kegiatan kelompok, penghentian tingkah
laku peserta didik yang menyimpang atau tidak sesuai dengan tata tertib.
Walaupun istilah mengajar dan pengajaran sering digunakan dalam
arti yang sama, adalah sangat berguna apabila memandang mengajar sebagai
sesuatu yang memiliki dua dimensi yang saling berhubungan yaitu pengajaran dan
manajemen. Mengajar dan manajemen dapat dibedakan tetapi dalam pelaksanaan
pembelajaran keduanya sulit dipisahkan. Manajemen kelas bermaksud menegakkan
dan memelihara perilaku siswa menuju pembelajaran yang efektif dan efisien,
memudahkan pencapaian tujuan pengelolaan. Pengajaran dan manajemen bertujuan
menyiapkan atau memproses yaitu memproses atau menyiapkan perilaku-perilaku
guru dan/ siswa yang diharapkan memberiakan kemudahan dalam pencapaian tujuan
tertentu.
Dibawah ini gambaran proses pengajaran dan proses manajerial yang
masing-masing meliputi 4 proses :
Proses
Pengajaran
|
Proses
Manajerial
|
Mengidentifikasi tujuan pengajaran
|
Menetapkan tujuan manajerial
|
Mendiagnosis kebutuhan siswa
|
Menganalisis kondisi yang ada
|
Merencanakan dan menerapkan aktivitas pengajaran
|
Memilih dan menerapkan strategi manajerial
|
Mengevaluasi keberhasilan siswa
|
Menilai keefektifan manajerial
|
B.
PENGERTIAN MANAJEMEN KELAS
Pengertian
Manajemen
Kata manajemen
berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata manus
yang berarti tangan dan agree berarti
melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja manager yang artinya menangani. Managere
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk melakukan
kegiatan manajemen. Akhirnya, management
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan
(Usman, 2004).
Sebagaimana
yang diuraikan oleh Usman, bahwa manajemen menurut Mary Parker, adalah suatu
seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi dari Mary
ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu
tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa
saja yang pelu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan
itu oleh dirinya sendiri. Itulah manajemen,
Sejathi
menguraikan bahwa, “arti dari manajemen adalah pengelolaan, penyelenggaraan,
ketatalaksanaan penggunaaan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan/
sasaran yang diinginkan”. Dengan begitu, pengelolaan/ manajemen adalah
penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan
dengan lancar, efektif dan efisien. Sementara itu, pengertian manajemen
menurut Terry adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan
organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen juga adalah suatu ilmu
pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan kecakapan yang diperoleh
dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan
pengetahuan manajemen.
Lain halnya
menurut Stoner & Freeman, manajemen adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan
menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan
demikian, manajemen adalah suatu kegiatan untuk menciptakan dan
memertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar
di dalamnya mencakup pengaturan orang (siswa) dan fasilitas, yang
dikerjakan mulai terjadinya kegiatan pembelajaran di dalam kelas sampai
berakhirnya pembelajaran di dalam kelas.
Pengertian
Kelas
Pengertian
umum mengenai kelas, yaitu sekelompok siswa pada waktu yang sama menerima
pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Sementara, kelas menurut pengertian
umum dapat dibedakan atas dua pandangan, yaitu pandangan dari segi fisik dan
pandangan dari segi siswa. Nawawi memandang kelas dari dua sudut,
(a) Kelas dalam arti sempit yaitu, ruangan yang dibatasi oleh empat
dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar
mengajar. Kelas dalam pengertian ini, mengandung sifat statis karena sekedar
menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangannya, antara lain
berdasarkan pada batas umur kronologis masing-masing. (b) Kelas dalam arti luas
yaitu suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah,
yang sebagai satu kesatuan diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu
tujuan.
Sementara iru,
menurut Hamalik ”kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan
belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru” . Sedangkan menurut
Ahmad (1995:1) “kelas ialah ruangan belajar dan atau rombongan belajar”.
Sulaeman (2009) mengartikan bahwa kelas dalam arti umum menunjukkan kepada
pengertian sekelompok siswa yang ada pada waktu yang sama menerima pelajaran
yang sama dan dari guru yang sama pula. Kelas dalam arti luas merupakan bagian
dari masyarakat kecil yang sebagian adalah suatu masyarakat sekolah yang
sebagian suatu kesatuan di organisasi menjadi unit kerja secara dinamis
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan.
Menurut
Hamiseno (2009) kelas adalah ruangan yang digunakan untuk proses belajar
mengajar yang efektif dan menguntungkan serta dapat memotivasi siswa
untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan. Kelas merupakan taman
belajar bagi siswa. Kelas adalah tempat bagi para siswa untuk tumbuh dan
berkembangnya potensi intelektual dan omosional. Mengingat kelas
hendaknya dimanajemen sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan belajar
yang nyaman dan menyenangkan. Sedangkan syarat-syarat kelas yang baik (a)
rapi,bersih,sehat, tidak lembab, (b) cukup cahaya yang meneranginya, (c)
sirkulasi udara cukup, (d) perabot dalam keadaan baik,cukup jumlah dan ditata
dengan rapi, dan (e) jumlah siswa tidak lebih dari 40 orang
Pengertian Manajemen Kelas
Pengertian
manajemen kelas dari beberapa pakar antara lain, Weber .W.A. (1988),
mendefenisikan manajemen kelas sebagai ompleks
of teaching behavior of teacher efficient instruction” yang mengandung
pengertian bahwa segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar
yang efektif dan menyenangkan serta memotivasi murid agar dapat belajar dengan
baik. Eferstson dan Emmer mendeskripsikan manajemen sebagai “those teacher behavior that
produceshigh levels of student infolfoment classroom activities and minimize
student behaviors that interfiris with dan pencapaianthe teachers or
other students work and efficient use of instructional time (1998). Houston
at al (1988), menegaskan bahwa “ Without
effective mamanagement the learning process student for interfering with
instruction“, yang mengandung pengertian bahwa tanpa manajemen yang efektif
proses belajar mengajar menjadi kacau sehingga guru akan menegur murid-muridnya
yang menggagu proses belajar mengajar.
Johson dan
Bany, (1970) menguraikan bahwa manajemen kelas adalah merupakan keterampilan
yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis dan kemampuan
bertindak menuju perbaikan suasan kelas terhadap aspek-aspek yang perlu
diperhatikan dalam manajemen kelas adalah: sifat kelas, pendorong kekuatan
kelas, situasi kelas, tindakan seleksi dan kreatif. Sementara Adnan Sulaeman
(2009) mendefinisikan manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam
upaya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik
mencapai tujuan belajar mencapai tujuan belajar secara efesien atau
memungkinkan pesrta didik belajar dengan baik. Ahmad Sulaiman, (1995)
mendefinisikan manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk
mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif yang menyenangkan serta dapat
memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan.
Arikunto,
(2006) mendefinisikan manajemen kelas adalah suatu usaha yang dilakukan
penanggung jawab kegiatan belajar mengajar apa yang membantu dengan maksud agar
dicapai kondisi yang optimal,sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti
yang diharapkan. Muliyasa (2006) mendefinisikan manajemen kelas merupakan
keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran kondusif dan
mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.”
Berdasarkan
pandangan pendekatan operasional tertentu (Disarikan dari Wiford A.
Weber, 1986) manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan
dan memertahankan ketertiban suasana kelas melalui penggunaan disiplin
(pendekatan otoriter), yang terdiri atas perangkat-perangkat, yakni :
1. Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban
suasana kelas melalui intimidasi (pendekatan intimidasi).
2. Seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa (pendekatan
permisif).
3. Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan suasana kelas dengan cara
mengikuti petunjuk/ resep yang telah di sajikan (pendekatan buku masak).
4. Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan suasana kelas yang efektif
melalui perencanaan pembelajaran yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik
(pendekatan instruksional).
5. Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik
yang diinginkan dengan mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan
(pendekatan pengubahan tingkah laku).
6. Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang
baik dan iklim sosio emosional kelas yang positif (pendekatan penciptaan iklim
sosioemosional).
7. Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan
memertahankan organisasi kelas yang efektif (pendekatan sistem sosial)
Arikunto, (2004).
Selain definisi
di atas, definisi manajemen kelas atau pengelolaan kelas yang dipetik dari
informasi Pendidikan Nasional bahwa ada lima definisi pengelolaan kelas
sebagaimana berikut ini :
1. Pengelolaan kelas yang bersifat otoritatif, yakni seperangkat
kegiatan guru untuk menciptakan dan memertahankan ketertiban suasana kelas,
disiplin sangat diutamakan.
2. Pengelolan kelas yang bersifat permisif, yakni pandangan ini menekankan
bahwa tugas guru ialah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa. Dalam hal ini
guru membantu siswa untuk merasa bebas melakukan hal yang ingin dilakukannya.
Berbuat sebaliknya berarti guru menghambat atau menghalangi perkembangan anak
secara alamiah.
3. Pengelolaan kelas yang berdasarkan prinsip-prinsip
pengubahan tingkah laku (behavioral modification), yaitu seperangkat kegiatan
guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau
meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. Secara singkat, guru membantu
siswa dalam memelajari tingkah laku yang tepat melalui penerapan
prinsip-prinsip yang diambil dari teori penguatan (reinforcement).
4. Pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim sosio-emosional yang
positif di dalam kelas. Pandangan ini mempunyai anggaran dasar bahwa kegiatan
belajar akan berkembang secara maksimal di dalam kelas yang beriklim positif,
yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan
siswa dengan siswa. Untuk terciptanya suasana seperti ini guru memegang peranan
kunci. Peranan guru ialah mengembangkan iklim sosio-emosional kelas yang
positif melalui pertumbuhan hubungan interpersonal yang sehat. Dengan demikian,
pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan
interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif.
5. Pengelolaan kelas yang bertolak dari anggapan bahwa kelas merupakan sistem
sosial dengan proses kelompok (group process) sebagai intinya. Dalam kaitan ini
dipakailah anggapan dasar bahwa pengajaran berlangsung dalam kaitannya dengan
suatu kelompok. Dengan demikian, kehidupan kelas sebagai kelompok dipandang
mempunyai pengaruh yang amat berarti terhadap kegiatan belajar, meskipun
belajar dianggap sebagai proses individual. Peranan guru ialah mendorong
berkembangnya dan berprestasinya sistem kelas yang efektif. Dengan demikian,
pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan
memertahankan organisasi kelas yang efektif (Depdikbud, 1982).
Menurut Ahmad (1995:1) menyatakan “Manajemen kelas adalah
segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang
efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik
sesuai kemampuan”. Manajemen kelas merupakan usaha sadar, untuk mengatur
kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah
pada persiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan
ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar dan
pengaturan, waktu, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan
tujuan kurikuler dapat tercapai.
Menurut Made Pidarta (dalam Djamarah, 2005:172) “Manajemen kelas adalah proses
seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi
kelas”. Guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara sistem
atau organisasi kelas, sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuannya,
bakat, dan energinya pada tugas-tugas individual. Sudirman (dalam Djamarah
2006:172)” Manajemen kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas”.
Kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses
interaksiedukatif, agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar, kelas harus dikelola sebaik-baiknya oleh
guru.
“Manajemen kelas
merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif
dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran” (Mulyasa
2006:91). Sedangkan menurut Sudirman (dalam Djamarah 2006:177) ”Manajemen kelas
adalah upaya mendayagunakan potensi kelas”. Ditambahkan lagi oleh Nawawi
(dalam Djamarah 2006:177) ”Manajemen atau manajemen kelas dapat diartikan
sebagai kemampuan guru dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian
kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan
kegitan-kegiatan yang kreatif dan terarah ”. Arikunto (dalam Djamarah 2006:177)
juga berpendapat “ bahwa manajemen kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud
agardicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar yang
seperti diharapkan”. Manajemen dapat dilihat dari dua segi, yaitu manajemen
yang menyangkut siswa dan manajemen fisik (ruangan, perabot, alat pelajaran).
Berdasarkan pendapat
para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas merupakan usaha
sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis yang
mengarah pada penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar,
mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar mengajar berjalan dengan baik
dan tujuan kurikuler dapat tercapai.
C.
TUJUAN MANAJEMEN KELAS
Tujuan
manajemen Kelas pada hakekatnya sudah terkandung pada tujuan pendidikan
secara umum. Menurut Sudirman (2000), tujuan manajemen kelas adalah penyediaan
pasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial,
emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu
memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang
memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan
sikap serta apresiasi pada siswa.
Suharsimi
Arikunto,(2004), berpendapat bahwa tujuan manajemen kelas adalah
agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai
tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Untuk lebih jelasnya Arikuno
menguraikan rincian tujuan Manajemen Kelas, sebagaimana berikut ini :
1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar
maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya
interaksi pembelajaran.
3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan siaoal, emosional dan
intelek siswa dalam belajar.
4. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, serta sifat-sifat individunya. Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, (1996).
Menurut Ahmad (1995:2) bahwa tujuan manajemen kelas adalah sebagai berikut:
Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar
maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan
kemampuan semaksimal mungkin.
Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya
interaksi belajar mengajar.
Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual siswa dalam kelas.
Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya
serta sifat-sifat individunya.
D. PERMASALAHAN
DALAM MANAJEMEN KELAS
Ada dua jenis masalah pengelolaan k2kyaitu yang bersifat perorangan
atau individual dan yang bersifat kelompok. Disadari bahwa masalah perorangan
atau individual dan masalah kelompok seringkali menyatu dan amat sukar
dipisahkan yang satu dari yang lain. Namun demikian, pembedaan antara kedua
jenis masalah itu akan bermanfaat, terutama apabila guru ingin mengenali dan
menangani permasalahan yang ada dalam kelas yang menjadi tanggungjawabnya.
Masalah pengelolaan kelas tersebut, yaitu :
1) Masalah
Individual :
Penggolongan masalah individual ini didasarkan atas anggapan dasar
bahwa tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan.Setiap
individu memiliki kebutuhan dasar untuk memiliki dan untuk merasa dirinya
berguna. Jika seorang individu gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa
dirinya berharga maka dia akan bertingkah laku menyimpang. Ada empat jenis
penyimpangan tingkah laku, yaitu tingkah laku menarik perhatian orang
lain,mencari kekuasaan, menuntut balas dan memperlihatkan
ketidakmampuan.Keempat tingkah laku ini diurutkan makin lama makin berat.
Misalnya, seorang anak yang gagal menarik perhatian orang lain boleh jadi
menjadi anak yang mengejar kekuasaan.
Attention
getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian) : Seorang siswa yang gagal
menemukan kedudukan dirinya secara wajar dalam suasana hubungan sosial yang
saling menerima biasanya (secara aktif ataupun pasif) bertingkah laku mencari
perhatian orang lain. Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang aktif dapat
dijumpai pada anak-anak yang suka pamer, melawak(memperolok), membuat onar,
memperlihatkan kenakalan, terus menerus bertanya; singkatnya, tukang rewel.
Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang pasif dapat dijumpai pada
anak-anak yang malas atau anak-anak yang terus meminta bantuan orang lain.
Powerseeking
behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan/kekuasaan) : Tingkah laku
mencari kekuasaan sama dengan perhatian yang destruktif, tetapi lebih mendalam.
Pencari kekuasaan yang aktif suka mendekat, berbohong, menampilkan adanya
pertentangan pendapat, tidak mau melakukan yang diperintahkan orang lain dan
menunjukkan sikap tidak patuh secara terbuka. Pencari kekuasaan yang pasif
tampak pada anak-anak yang amat menonjolkan kemalasannya sehingga tidak
melakukan apa-apa sama sekali. Anak-anak ini amat pelupa, keras kepala, dan
secara pasif memperlihatkan ketidakpatuhan.
Revenge
seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam) : Siswa yang menuntut
balas mengalami frustasi yang amat dalam dan tidak menyadari bahwa dia
sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang lain. Keganasan,
penyerangan secara fisik (mencakar, menggigit, menendang) terhadap sesama
siswa, petugas atau pengusaha, ataupun terhadap binatang sering dilakukan
anak-anak ini. Anak-anak seperti ini akan merasa sakit kalau dikalahkan, dan
mereka bukan pemain-pemain yang baik (misalnya dalam pertandingan). Anak-anak
yang suka menuntut balas ini biasanya lebih suka bertindak secara aktif
daripada pasif.Anak-anak penuntut balas yang aktif sering dikenal sebagai
anak-anak yang ganas dan kejam, sedang yang pasif dikenal sebagai anak-anak
pencemberut dan tidak patuh (suka menetang).
Helplessness (peragaan ketidakmampuan) : Siswa yang memperlihatkan
ketidakmampuan pada dasarnya merasa amat tidak mampu berusaha mencari sesuatu
yang dikehendakinya (yaitu rasa memiliki) yang bersikap menyerah terhadap
tantangan yang menghadangnya; bahkan siswa ini menganggap bahwa yang ada
dihadapannya hanyalah kegagalan yang terus menerus.Perasaan tanpa harapan dan
tidak tertolong lagi ini biasanya diikuti dengan tingkah laku mengundurkan atau
memencilkan diri.Sikap yang memperlihatkan ketidakmampuan ini selalu berbentuk
pasif.
Keempat masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai
bentuk tindakan atau perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan
dirinya sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain atau kelompok. Ada empat
teknik sederhana untuk mengenali adanya masalah-masalah individu seperti
diuraikan diatas pada diri para siswa. Diantaranya yaitu :
a. Jika guru
merasa terganggu (atau bosan) dengan tingkah laku seorang siswa, hal itu
merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari
perhatian.
b. Jika guru
merasa terancam (atau merasa dikalahkan), hal itu merupakan tanda bahwa siswa
yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari kekuasaan.
c. Jika guru merasa amat disakiti, hal
itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah
menuntut balas.
d. Jika guru
merasa tidak mampu menolong lagi, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang
bersangkutan mungkin mengalami masalah ketidakmampuan. Ditekankan, guru
hendaknya benar-benar mampu mengenali dan memahami secara tepat arah tingkah
laku siswa-siswa yang dimaksud (apakah tingkah laku siswa itu mengarah ke
mencari perhatian, mencari kekuasaan, menuntut balas, atau memperlihatkan
ketidakcampuran) agar guru itu mampu menangani masalah siswa secara tepat pula.
2) Masalah
Kelompok
Ada tujuh masalah kelompok dalam kaitannya dengan pengelolaan
kelas:
a. Kurangnya
kekompakan : Kurangnya kekompakan kelompok ditandai dengan adanya
kekurang-cocokkan (konflik) diantara para anggota kelompok.Konflik antara
siswa-siswa dari kelompok yang berjenis kelamin atau bersuku berbeda termasuk
kedalam kategori kekurang-kompakan ini. Dapat dibayangkan bahwa kelas yang
siswa-siswa tidak kompak akan beriklim tidak sehat yang diwarnai oleh adanya
konflik, ketegangan dan kekerasan. Siswa-siswa di kelas seperti ini akan merasa
tidak senang dengan kelompok kelasnya sehingga mereka tidak merasa tertarik
dengan kelas yang mereka duduki itu. Para siswa tidak saling bantu membantu.
b. Kesulitan
mengikuti peraturan kelompok : Jika suasana kelas menunjukkan bahwa siswa-siswa
tidak mematuhi aturan-aturan kelas yang telah ditetapkan, maka masalah yang
kedua muncul, yaitu kekurang-mampuan mengikuti peraturan kelompok.Contoh-contoh
masalah ini ialah berisik; bertingkah laku mengganggu padahal pada waktu itu
semua siswa diminta tenang; berbicara keras-keras atau mengganggu kawan padahal
waktu itu semua siswa diminta tenang bekerja di tempat duduknya masing-masing;
dorong-mendorong atau menyela waktu antri di kafetaria dan lain-lain.
c. Reaksi negatif
terhadap sesama anggota kelompok : Reaksi negatif terhadap anggota kelompok
terjadi apabila ekspresi yang bersifat kasar yang dilontarkan terhadap anggota
kelompok yang tidak diterima oleh kelompok itu, anggota kelompok yang
menyimpang dari aturan kelompok atau anggota kelompok yang menghambat kegiatan
kelompok.Anggota kelompok dianggap “menyimpang” ini kemudian “dipaksa” oleh
kelompok itu untuk mengikuti kemauan kelompok.
d. Penerimaan
kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang : Penerimaan kelompok
(kelas) atas tingkah laku yang menyimpang terjadi apabila kelompok itu
mendorong timbulnya dan mendukung anggota kelompok yang bertingkah laku
menyimpang dari norma-norma sosial pada umumnya. Contoh yang amat umum ialah
perbuatan memperolok-olokan, misalnya membuat gambar-gambar yang “lucu” tentang
guru.Jika hal ini terjadi maka masalah kelompok dan masalah perorangan telah
berkembang dan masalah kelompok kelihatannya lebih perlu mendapat perhatian.
e. Kegiatan
anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan,
berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota)
lainnya saja.Masalah kelompok anak timbul dari kelompok itu mudah terganggu
dalam kelancaran kegiatannya.Dalam hal ini kelompok itu mereaksi secara
berlebihan terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak berarti atau bahkan
memanfaatkan hal-hal kecil untuk mengganggu kelancaran kegiatan kelompok
itu.Contoh yang sering terjadi ialah para siswa menolak untuk melakukan karena
mereka beranggapan guru tidak adil. Jika hal ini terjadi, maka suasana diwarnai
oleh ketidaktentuan dan kekhawatiran.
f. Kurangnya
semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes. Masalah
kelompok yang paling rumit ialah apabila kelompok itu melakukan protes dan
tidak mau melakukan kegiatan, baik hal itu dinyatakan secara terbuka maupun
terselubung.Permintaan penjelasan yang terus menerus tentang sesuatu tugas,
kehilangan pensil, lupa mengerjakan tugas rumah atau tugas itu tertinggal di
rumah, tidak dapat mengerjakan tugas karena gangguan keadaan tertentu, dan
lain-lain merupakan contoh-contoh protes atau keengganan bekerja.Pada umumnya
protes dan keengganan seperti itu disampaikan secara terselubung dan
penyampaian secara terbuka biasanya jarang terjadi.
g. Ketidakmampuan menyesuaikan diri
terhadap perubahan lingkungan. Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap
lingkungan terjadi apabila kelompok (kelas) mereaksi secara tidak wajar
terhadap peraturan baru atau perubahan peraturan, pengertian keanggotaan
kelompok, perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan
jadwal kegiatan, pergantian guru dan lain-lain.Apabila hal itu terjadi
sebenarnya para siswa (anggota kelompok) sedang mereaksi terhadap suatu
ketegangan tertentu; mereka menganggap perubahan yang terjadi itu sebagai
ancaman terhadap keutuhan kelompok.Contoh yang paling sering terjadi ialah
tingkah laku yang tidak sedap pada siswa terhadap guru pengganti, padahal
biasanya kelas itu adalah kelas yang baik.
Mengajar sebagai proses pemberian atau penyampaian pengetahuan saja
tidak cukup, tetapi harus diiringi dengan mendidik. Artinya guru secara tidak
langsung harus dapat membimbing siswa untuk melakukan dan menyadari etika,
budaya serta moral yang berlaku di tempat siswa tinggal. Guru bukan sebagai
pemberi informasi sebanyak-banyaknya kepada para siswa, melainkan guru sebagai
fasilitator, teman dan motivator.
Berdasarkan pengalaman guru di lapangan. Masalah-masalah yang
timbul di dalam pelaksanaan pengajaran dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Masalah
pengarahan : Di waktu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses
belajar-mengajar, kebanyakan guru kurang memiliki keterampilan dalam:
a.
Berorientasi
kepada tujuan pelajaran.
b. Mengkomunikasikan
tujuan pelajaran kepada siswa.
c.
Memahami
cara merumuskan tujuan umum dan khusus.
d. Menyesuaikan
tujuan pelajaran dengan kemampuan dan kebutuhan siswa.
e.
Merumuskan
tujuan instruksional jelas.
Keadaan ini mengakibatkan secara jelas terhadap tujuan mempelajari
materi tersebut, mereka tidak mendapat kepuasan dalam menerima pelajaran, siswa
menyadari bahwa tujuan pelajaran yang diberikan guru tidak relevan dengan
kebutuhannya tidak bermakna bagi kehidupannya di kemudian hari.
2. Masalah evaluasi dan penilaian :
Guru dalam tugasnya untuk merencanakan, melaksanakan evaluasi dan
menemukan masalah-masalah sebagai berikut:
a. Guru dalam menyusun kriteria keberhasilan tidak jelas
b. Prosedur
evaluasi tidak jelas
c.
Guru
tidak melaksanakan prinsip-prinsip evaluasi yang efisien dan efektif.
d. Kebanyakan guru
memiliki cara penilaian yang tidak seragam.
e.
Guru
kurang menguasai teknik-teknik evaluasi.
f.
Guru
tidak memanfaatkan analisa hasil evaluasi sebagai bahan umpan balik.
Dengan evaluasi yang semacam itu siswa yang menerima evaluasi tidak
puas. Mereka tidak mengerti arti angka-angka yang diterimanya. Guru juga tidak
mengetahui apakah muridnya sudah mempelajari materi pelajaran yang diberikan
atau belum. Guru tidak mengerti bahwa pada siswa sudah ada perubahan tingkah
laku, sebagai pengaruh pengajaran yang diberikan atau tidak.
3. Masalah isi dan
urut-urutan pelajaran : Dalam membuat perencanaan pengajaran, yang kemudian
akan dilaksanakan dan dievaluasi, guru dalam menyusun isi dan urutan bahan
pelajaran menemukan masalah sebagai berikut:
a. Guru kurang
menguasai materi
b. Materi yang
disajikan tidak relevan dengan tujuan
c.
Materi
yang diberikan sangat luas
d. Guru kurang
mampu dalam menyesuaikan penyajian bahan dengan waktu yang tersedia
e.
Guru
kurang terampil dalam mengorganisasikan materi pelajaran.
f.
Guru
kurang mampu mengembangkan materi pelajaran yang diberikannya.
g. Guru kurang
mempertimbangkan urutan tingkat kesukaran dari materi pelajaran yang diberikan.
4. Masalah metode
dan sistem penyajian bahan pelajaran : Agar guru dapat menyajikan bahan
pelajaran dengan menarik dan berhasil, maka perlu menguasai beberapa teknik
sistem penyajian. Juga dapat memilih siswa penyajian yang tepat untuk setiap
materi tertentu yang akan disajikan, ataupun dapat membuat variasi dalam
menyajikan bahan tersebut. Namun dengan demikian dalam pengamatan pelaksanaan
pengajaran itu para guru menemukan masalah-masalah sebagai berikut:
a. Guru kurang menguasai beberapa siswa penyajian yang menarik dan
efektif.
b. Pemilihan
metode kurang relevan dengan tujuan pelajaran dan materi pelajaran.
c.
Kurang
terampil dalam menggunakan metode
d. Sangat terikat
pada satu metode saja
e.
Guru
tidak memberikan umpan balik pada tugas yang dikerjakan siswa.
5. Masalah hambatan-hambatan : Dalam
pelaksanaan pengajaran guru kadang-kadang menemui banyak hambatan, diantaranya
ialah:
a.
Banyak
guru kurang menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar.
b. Guru kurang
mempertimbangkan latar belakang siswa yang tidak sama.
c.
Guru
kurang mengerti tentang kemampuan dasar siswa yang kurang.
d. Kurangnya
buku-buku bacaan ilmiah
e.
Keadaan
sarana yang kurang
f.
Guru
kurang mampu dalam menguasai bahasa Inggris.
Dengan menemukan hambatan-hambatan itu dalam pengajaran menjadi
kurang lancar. Guru mengalami kesulitan dalam meningkatkan proses belajar
mengajar agar hasilnya efektif dan efisien. Begitu juga siswa sendiri kurang
bersemangat untuk mendalami setiap bagian pengetahuan yang diperolehnya di
bangku sekolah.
E. SOLUSI DALAM
MEMECAHKAN MASALAH MANAJEMEN KELAS
Untuk mengatasi masalah dalam pengelolaan kelas di atas, ada
beberapa pendekatan yang dapat dilakukan,diantaranya sebagai berikut:
a. Behavior –
Modification Approach (Behaviorism Apparoach) : Asumsi yang mendasari
penggunaan pendekatan ini adalah bahwa perilaku “baik” dan “buruk” individu
merupakan hasil belajar.Upaya memodifikasi perilaku dalam mengelola kelas
dilakukan melalui pemberian positive reinforcement (untuk membina
perilaku positif) dan negative reinforcement (untuk mengurangi perilaku
negatif). Namun demikian, dalam penggunaan reinforcement negatif seyogyanya
dilakukan secara hati-hati, karena jika tidak tepat malah hanya akan
menimbulkan masalah baru.
b. Socio-Emotional
Climate Approach (Humanistic Approach) : Asumsi yang mendasari penggunaan
pendekatan ini adalah bahwa proses belajar mengajar yang baik didasari oleh
adanya hubungan interpersonal yang baik antara peserta didik – guru dan atau
peserta didik – peserta didik dan guru menduduki posisi penting bagi
terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik. Dalam hal ini, Carl A. Rogers
mengemukakan pentingnya sikap tulus dari guru (realness, genuiness,
congruence); menerima dan menghargai peserta didik sebagai manusia (acceptance,
prizing, caring, trust) dan mengerti dari sudut pandangan peserta didik
sendiri (emphatic understanding). Sedangkan Haim C. Ginnot mengemukakan
bahwa dalam memecahkan masalah, guru berusaha untuk membicarakan situasi, bukan
pribadi pelaku pelanggaran dan mendeskripsikan apa yang ia lihat dan rasakan;
serta mendeskripsikan apa yang perlu dilakukan sebagai alternatif penyelesaian.
Selain itu juga dikemukakan William Glasser bahwa guru sebaiknya membantu
mengarahkan peserta didik untuk mendeskripsikan masalah yang dihadapi;
menganalisis dan menilai masalah; menyusun rencana pemecahannya; mengarahkan
peserta didik agar committed terhadap rencana yang telah dibuat memupuk
keberanian menanggung akibat “kurang menyenangkan”; serta membantu peserta
didik membuat rencana penyelesaian baru yang lebih baik. Sementara itu, Rudolf
Draikurs mengemukakan pentingnya Democratic Classroom Process, dengan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat memikul tanggung jawab;
memperlakukan peserta didik sebagai manusia yang dapat secara bijak mengambil
keputusan dengan segala konsekuensinya; dan memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk menghayati tata aturan masyarakat
c. Group Process
Approach : Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa
pengalaman belajar berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan tugas guru
adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif. Richard A.
Schmuck & Patricia A. Schmuck mengemukakan prinsip – prinsip dalam
penerapan pendekatan group proses, yaitu : (a) mutual expectations; (b) leadership;
(c) attraction (pola persahabatan); (c) norm; (d) communication;
(d) cohesiveness.
d. Pendekatan Otoriter : Pandangan yang
otoriter dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan guru untuk
nienciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Pengelolaan kelas
sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa ke arah disiplin. Bila
timbul masalah-masalah yang merusak ketertiban atau kedisplinan kelas, maka
perlu adanya pendekatan:
1. Perintah dan
larangan
2. Penekanan dan
penguasaan
3. Penghukuman dan
pengancaman
4. Pendekatan
perintah dan larangan
e. Pendekatan
Permisif : Pendekatan yang primisif dalam pengelolaan kelas merupakan
seperangkat kegiatan pengajar yang memaksimalkan kebebasan peserta didik untuk
melakukan sesuatu.Sehingga bila kebebasan ini dihalangi dapat menghambat
perkembangan peserta didik. Berbagai bentuk pendekatan dalam pelaksanaan
pengelolaan kelas ini banyak menyerahkan segala inisiatif dan tindakan pada
diri peserta didik. Diantaranya yaitu sebagai berikut:
1. Tindakan
pendekatan pengalihan merupakan tindakan yang bersifat premisif. Dari tindakan
pendekatan ini muncul hal-hal yang kurang disadari oleh peserta didik.
2. Meremehkan
sesuatu kejadian, atau tidak melakukan apa-apa sama sekali
3. Memberi peluang
kemalasan dan menunda pekerjaan.
4. Menukar dan
mengganti susunan kelompok tanpa melalui prosedur yang sebenarnya.
5. Menukar
kegiatan salah satu pembelajar, digantikan oleh orang lain.
6. Mengalihkan
tanggung jawab kelompok kepada seorang anggota
f. Pendekatan
membiarkan dan memberi kebebasan : Sekali lagi pengajar memandang peserta didik
telah mampu melakukan sesuatu dengan prosedur yang benar.“Biarlah mereka bekerja
sendiri dengan bebas”, demikian pegangan pengajar dalam mengelola kelas.Lebih
kurang menguntungkan lagi kalau selama peserta didik bekerja sendiri, pengajar
juga aktif mengerjakan tugas sendiri dan pada saat waktu habis baru ditanyakan
atau disusun.Percaya atau tidak bahwa hasil bekerja peserta didik belum memadai
dan kurang terarah Akibat yang sering terjadi peserta didik merasa telah benar
dengan tingkah laku dalam pengerjaan tugas, telah bertanggung jawab dalam
kelompok atau kelas itu.Tapi ternyata setelah dibandingkan dengan kelompok
lainnya kurang atau malahan lebih rendah.Kedua pendekatan inipun kurang
menguntungkan, tanpa kontrol dan pengajar bersikap serta memandang ringan
terhadap gejala-gejala yang muncul.Pihak pengajar dan peserta didik tampak
bebas, kurang memikat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan
guru untuk menciptakan situasi kelas yang kondusif dalam rangka pencapaian
tujuan pembelajaran yang optimal. Tujuan manajemen kelas adalah untuk
menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, menyenangkan, sehingga pembelajaran
dapat berjalan dengan tenang, memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan
kemampuannya semaksimal mungkin dan membentuk prilaku berbudaya dan berakhlak
mulia.
Keberhasilan guru mengajar di kelas tidak cukup bila hanya berbekal
pada pengetahuan tentang kurikulum, metode mengajar, media pengajaran, dan
wawasan tentang materi yang akan disampaikan kepada anak didik. Di samping itu
guru harus menguasai kiat manajemen kelas. Guru hendaknya dapat menciptakan dan
mempertahankan kondisi kelas yang menguntungkan bagi anak didik supaya tumbuh
iklim pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Ada dua jenis
masalah dalam pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat perorangan atau individual
dan yang bersifat kelompok. Penggolongan masalah individual ini didasarkan atas
anggapan dasar bahwa tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu
tujuan.Setiap individu memiliki kebutuhan dasar untuk memiliki dan untuk merasa
dirinya berguna.Sedangkan dalam masalah kelompok ada tujuh masalah dalam
kaitannya dengan pengelolaan kelas;(a)Kurangnya kekompakan, (b)Kesulitan
mengikuti peraturan kelompok, (c)Reaksi negatif terhadap sesama anggota
kelompok, (d)Penerimaan kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang,
(e)Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah
ditetapkan, (f)Kurangnya semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif
atau protes, (g)Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.
Sedangkan
masalah dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas diantaranya yaitu; (1)Masalah
pengarahan, (2)Masalah evaluasi dan penilaian, (3)Masalah isi dan urut-urutan
pelajaran, (4)Masalah metode dan sistem penyajian bahan pelajaran.
Untuk mengatasi
masalah dalam pengelolaan kelas di atas, ada beberapa pendekatan yang dapat
dilakukan,diantaranya; Behavior – Modification Approach (Behaviorism
Apparoach), Socio-Emotional Climate Approach (Humanistic Approach), Group
Process Approach, pendekatan Otoriter, Pendekatan Permisif, dan Pendekatan
membiarkan dan memberi kebebasan.
B.
SARAN
Demikianlah makalah ini dibuat semoga bermanfaat dalam menambah
wawasan kita semua, penyusun menyarankan pembaca untuk memberikan kritikan dan
saran yang membangun untuk kesuksesan makalah selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://tugas-makalah.blogspot.com/2012/06/masalah-masalah-dalam-manajemen-kelas.html.
diakses tanggal 23 November 2015,Pekanbaru:UINSultan Syarif Kasim Riau
No comments:
Post a Comment